Translate this Page

Sabtu, 23 Februari 2013

Debat Islam vs Kristen Bagian II (2)

Debat Islam vs Kristen Bagian II (2). Selamat Menyaksikan ..
nb: Sebelum menonton Video harap MATIKAN PLAYER yang ada di bawah !! Trims :D




Gambar&Video 2
Nantikan Bagian-Bagian Selanjutnya .. :D


Debat Islam vs Kristen Bagian 1

Debat Islam vs Kristen Bagian 1. Selamat Menyaksikan ..
nb: Sebelum menonton Video harap MATIKAN PLAYER yang ada di bawah !! Trims


Gambar & Video

Nantikan Bagian-Bagian Selanjutnya .. :D

Kamis, 21 Februari 2013

Tata Cara dan Pengertian Shalat hajat


  1. Arti Shalat Hajat 
    shalat hajat artinya kebutuhan atau keperluan, shalat sunat Hajat itu dikerjakan apabila kita mempunyai sesuatu hajat atau keperluan, baik hajat kepada Allah maupun hajat kepada sesama manusia, atau dalam urusan duniawi maupun ukhrowiyah.

  2. Hukumnya shalat hajat
    Shalat Hajat Hukumnya sunah ghair muakkadah, dan karena itu barangsiapa yang menginginkan pahalanya, kerjakanlah sekehendakmu, kalau tidak, tidak ada sesuatu halangan pula untuk meninggalkannya.

  3. Waktunya Shalat Hajat
    Tidak ada ketentuan mengenai waktu dalam shalat hajat, boleh dikerjakan pada siang atau malam hari. asal tidak pada waktu terlarang. Akan tetapi waktu yang bagus adalah pada saat sepertiga malam yang akhir. Karena pada waktu itulah yang mustajab.

  4. Hajat apa yang dimaksud?
    Memang tiap manusia hidup itu selalu dituntut oleh hajat atau kebutuhan hidupnya. Makin tinggi tingkat hidupnya, makin tinggi atau makin banyak pula keinginan dan kebutuhannya. Oleh karena itu manusia diharuskan berusaha untuk mendapatkan keinginannya itu. Shalat hajat adalah shalat sunat yang dikerjakan dalam rangka usaha batin untuk mendapatkan hajat dan kebutuhan di samping usaha lahir telah di kerjakan.

  5. Berapa kali shalat hajat dilaksanakan?
    Shaat hajat ini dapat dilaksanakan berulang kali sampai memperoleh isyarat/hajat dan petunjuk bagi yang melaksanakannya dan cara melaksanakannya ialah agar supaya berwudlu lebih dahulu dengan sempurna.

  6. Berapa Bilangan rekaat shalat hajat?
    Bilangan rekaat shalat hajat paling sedikit 2 rekaat dan paling banyak adalah dua belas rekaat

  7. Surat-surat yang dibaca dalam Shalat Hajat
    mengerjakan shalat hajat itu ada dua belas rekaat dan setiap dua rekaat bersalam, dalam tiap-tiap rekaat sehabis membaca surat Al-Fatihah, lalu membaca surat Al-Kursi dan disambung dengan surat Al-Ikhlas sampai akhir ayat, setelah dua belas rekaat dikerjakan seluruhnnya, lalu bersujud dan didalam sujudnya itu supaya mengucapkan doa sebagai berikut:
    subhanaladzi labisal'izza waqaalabihi, subhanaladzi tu'thafu bil majdi watukramu bihi, subhaanaladzii, ahshaa kulla syaiin bi-'ilmihi; subhanaladzi la yanbaghittas bii-ha illaa lahu dziil manni wal fadli, subhaana dziil 'azmi walkaromi; subhaana dziithauli; as-aaluka bi ma'aaqidal'izzi min 'arsyika wamintaharrah mati min kitabika wabi-ismikal a'dami wajaddikal a'laa wakalimatikattammatil'ammaa-til-latii laayujaawizu hunna birrun walaa faajirun, anthusalla 'alaa muhammadin wa'ala alih muhammadin.

  8. Niat dalam mengerjakan shalat Hajjat
    Ushalli sunnatal haajati rak'ataini lillahita'ala, allohu akbar

Macam-macam Air dalam Islam


Air merupakan sumber kehidupan. Disamping itu air juga diamnfaatkan untuk bersuci. Dalam ajaran Islam, air ada beberapa jenis.

  1. Air Mutlaq, contohnya air hujan, air sungai, air laut, hukumnya suci dan mensucikan.
  2. Air musta'mal,  yaitu air yang lepas dari anggota tubuh orang yang sedang berwudu atau mandi dan tidak mengenai benda najis. Hukumnya suci, seperti yang disepakati para ulama dan tidak menyucikan menurut banyak ulama.
  3. Air yang bercampur benda suci, seperti sabun atau cuka selama percampuran itu sedikit, tidak mengubah nama air maka hukumnya masih suci menyucikan menurut mahdzab Hanafi dan tidak menyucikan menurut Imam Syafi'i dan Malik.
  4. Air yang terkena najis ; jika mengubah rasa, warna, atau aromanya maka hukumnya najis, tidak boleh dipakai bersuci menurut ijmak. Sedangkan jika tidak mengubah salah satu sifatnya, maka menyucikan menurut Imam Malik, baik air utu banyak atau sedikit; tidak menyucikan menurut Imam Hanafi; menyucikan meurut Imam Syafi'i jika sudah mencapai dua kulah (60cm3).
  5. Su'r (sisa), yaitu air yang tersisa di tempat minum setelah diminum.
  6. Sisa anak Adam (Manusia) hukumnya suci meskipun dia seorang kafir, junub atau haid.
  7. Sisa kucing dan hewan yang halal dagingnya hukumnya suci.
  8. Sisa keledai dan binatang buas, juga burung hukumnya suci menurut Mazhab Hanafi.
  9. Sisa anjing dan babi hukumnya najis menurut seluruh ulama.
Bagi yang sedang mencari artikel atau makalah tentang macam-macam air, itulah macam-macam air menurut atau versi dewanku02.blogspot.com, semoga bermanfaat.

21 Adab-adab dalam Berdoa


Ketika seorang mukmin hendak berdoa kepada Allah swt, dia harus memperhatikan adab-adabnya, sebagaimana telah dicontohkan oleh Allah swt, diantaranya sebagai berikut :

  1. Niat yang ikhlas semata-mata hanya mengharap keridhahan Allah.
  2. Memulai berdoa dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Allah serta shalawat dan salam kepada nabi Muhammad saw.
  3. Selalu menyertakan pengharapan yang besar dan perasaan optimis agar Allah mengabulkan doa-doanya.
  4. Terus menerus dalam berdoa dan memohon kepada Allah tanpa ada rasa bosan sedikit pun.
  5. Senantiasa menghadirkan jiwa dan memusatkan pikiran (khusyuk) ketika berdoa.
  6. Memanjatkan doa, baik di waktu senang maupun susah, karena doa merupakan bagian dari bukti rasa syukur kita kepada Allah dan juga dapat menolak kejahatan/bencana.
  7. Memaohon langsung kepada Allah semata tanpa melalui cara-cara tidak dicontohkan oleh Rosulullah saw.
  8. Tidak boleh mendoakan orang lain dengan doa yang memudaratkan, misalnya mendoakan agar celaka.
  9. Merendahkan suara dalam berdoa.
  10. mengakui segala kelemahan diri dan dosa sambil memohon ampunan serta mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Allah swt.
  11. Jangan melakukan hal-hal yang aneh, misalnya dengan teriak-teriak, memukul-mukul badan dan lainnya.
  12. Merendahkan diri serta diliputi rasa takut kepada Allah swt.
  13. Membeaskan diri dari segala dosa dengan cara bertobat yang sebenarnya, dan jika berhubungan dengan sesama manusia harus minta maaf sama yang bersangkutan.
  14. Mengulang-ulang lafadz sampai 3 kali.
  15. Mengangkat kedua tangan ketika berdoa.
  16. Berwudlu sebelum berdoa jika memungkinkan.
  17. Diperbolehkan bertawasul kepada Allah dengan asmaul husna, atau dengan amal shaleh yang pernah dilakukan.
  18. Makanan dan minuman yang dimakan atau diminum serta pakaian yang dipakai berasal dari harta yang halal.
  19. Jangan berdoa  dengan niat ingin dilancarkan dalam melakukan dosa atau memutuskan hubungan silaturahmi dengan sesama muslim.
  20. Menyertakan doa dengan senantiasa melakukan amar ma'ruf nahi mungkar dalam kehidupan sehari-hari.
  21. Menjauhi segala bentuk kemaksiatan.
Jika adab-adab tersebut sudah terpenuhi, hendaknya seorang muslim tidak berputus asa dalam berdoa karena Allah Maha mengetahui apa yang terbaik baginya. Mungkin saja doanya belum dikabulkan di dunia, tetapi ditabungkan untuk kebaikan di akhirat nanti. Amin

Keutamaan Sedekah


Allah SWT berfirman : “Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkah hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya lah kamu dikembalikan.” (Al Baqarah : 245 ) 



Firman Allh SWT yang lain tentang sedekah :  “Perumpamaan (nafkah yang di keluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah Adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir, seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” ( Al Baqarah : 261 )
“Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Al Baqarah : 274)
Allah berfirman, “Katakanlah: ‘Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)’, dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.” (Qs. Saba`: 39)
Sedekah merupakan investasi dunia dan investasi akhirat. Dimana Allah akan segera memberikan balasannya tidak hanya pada saat di dunia tetapi juga di akhirat. Dan sedekah bersifat segera, jangan menunda-nunda untuk bersedekah. Sedekah tidak perlu menunggu kaya, justru dengan sedekah hidup semakin berkah dan berlimpah.
Rasulullah SAW bersabda :  Shadaqah (sedekah) yang paling utama adalah engkau bershadaqah ketika dalam keadaan sehat dan bugar, ketika engkau menginginkan kekayaan melimpah dan takut fakir. Maka jangan kau tunda sehingga ketika ruh sampai tenggorokan baru kau katakan, “Untuk fulan sekian, untuk fulan sekian.” (HR.Al-Bukhari dan Muslim)
Sedekah juga merupakan penolak bala. Sabda Rasulullah SAW : “Bersegeralah bersedekah, sebab yang namanya bala tidak pernah bisa mendahului sedekah.”
Seseorang yang bersedekah akan bertambah rezekinya. Sabda Rasulullah SAW : “Bersedekahlah kalian, karena sesungguhnya sedekah dapat menambah harta yang banyak. Maka bersedekahlah kalian, niscaya Allah menyayangi kalian. (Al-Wasail 6: 255, hadis ke 11)
Sabda Rosulullah yang lain tentang sedekah menambah rezeki : “Tidak akan berkurang rezeki orang yang bersedekah, kecuali bertambah, bertambah, bertambah.”(HR. Al Tirmidzi)
Dari firman Allah dan Hadist Rasulullah diatas masih adakah keraguan dan kesangsian untuk bersedekah ? Hukum sedekah adalah wajib bagi setiap muslim dan hamba Allah.
Sabda Rosulullah: “Tiada pagi hari, melainkan ada dua malaikat yang turun, kemudian salah satunya berkata (berdo’a) : “Ya Allah, berilah pengganti bagi orang yang berinfak”, sedangkan yang lain berdo’a :”Ya Allah, timpakanlah kepada orang yang kikir (tidak berinfak) kehancuran” [Muttafaqun alaih]

Selasa, 19 Februari 2013

Falsafah Shalat Lima Waktu

Apa sebenarnya makna dari shalat lima waktu? Shalat lima waktu sebenarnya merupakan gambaran dari berbagai kondisi kita yang berbeda-beda sepanjang hari. Kita melewati lima tahapan kondisi pada saat sedang mengalami musibah dan fitrat alamiah kita menuntut bahwa kita harus melewatinya. Pertama, adalah ketika kita mendapat gambaran bahwa kita akan menghadapi musibah. Sebagai contoh, bayangkan ada surat panggilan bagi kita untuk menghadap ke suatu pengadilan. Kondisi pertama ini akan langsung meruyak rasa ketenangan dan keteduhan kita. Kondisi seperti menerima surat panggilan pengadilan ini mirip dengan saat ketika matahari mulai menggelincir. Sejalan dengan kondisi keruhanian tersebut ditetapkanlah shalat Dhuhur yaitu ketika matahari mulai menggelincir.
Kita mengalami kondisi kedua ketika kita sepertinya mendekat kepada tempat musibah terjadi. Sebagai contoh, setelah ditahan berdasar surat panggilan, tiba waktunya kita diajukan ke hadapan hakim. Pada saat demikian kita merasakan kegalauan perasaan dan beranggapan bahwa semua rasa keamanan telah meninggalkan diri kita. Kondisi seperti itu mirip dengan keadaan ketika sinar matahari mulai suram dan manusia bisa melihat matahari secara langsung serta menyadari bahwa sebentar lagi matahari itu akan terbenam. Sejalan dengan kondisi keruhanian seperti itu maka ditetapkanlah shalat Ashar.
Kondisi ketiga adalah keadaan ketika kita merasa kehilangan segala harapan memperoleh keselamatan dari musibah. Sebagai contoh, setelah mencatat bukti-bukti tuntutan yang akan membawa kehancuran diri kita, kita didakwa dengan bentuk pelanggaran dimana telah disiapkan surat dakwaan. Pada saat demikian, kita merasa sepertinya kehilangan semua indera dan mulai berfikir menganggap diri sebagai narapidana. Kondisi seperti itu mirip dengan saat ketika matahari terbenam dan harapan melihat terang hari sudah pupus karenanya. Diperintahkanlah shalat Maghrib yang sejalan dengan kondisi keruhanian demikian.
Kondisi keempat adalah ketika kita ditimpa musibah secara langsung dimana kegelapannya yang kelam telah menyelimuti diri kita. Sebagai contoh, setelah pembacaan bukti-bukti maka kita sepertinya lalu divonis dan diserahkan untuk dipenjarakan. Kondisi seperti itu mirip dengan keadaan malam ketika semuanya diselimuti kegelapan yang kelam. Untuk kondisi keruhanian seperti itu ditetapkanlah shalat Isya.
Setelah menghabiskan satu kurun waktu dalam kegelapan dan penderitaan, datanglah rahmat Ilahi yang meluap mengemuka dan menyelamatkan kita dari kegelapan dengan datangnya fajar yang menggantikan kegelapan malam dimana sinar pagi mulai muncul. Shalat Subuh ditetapkan untuk kondisi keruhanian seperti itu.
Berdasarkan kelima kondisi yang berubah terus tersebut maka Allah s.w.t. telah mengatur shalat lima waktu bagi kita. Dengan demikian kita bisa memahami bahwa shalat tersebut diatur waktunya bagi kemaslahatan kalbu kita sendiri. Bila kita menginginkan keselamatan dari segala musibah, janganlah kita sampai mengabaikan shalat lima waktu karena semua itu merupakan refleksi dari kondisi internal dan keruhanian kita. Shalat merupakan obat penawar bagi segala musibah yang mungkin mengancam. Kita tidak pernah mengetahui keadaan bagaimana yang dibawa oleh hari berikutnya. Karena itu sebelum awal hari, mohonlah kepada Tuhan kita yang Maha Abadi agar hari tersebut menjadi sumber kemaslahatan dan keberkatan bagi kita.

Peran Takwa Dalam Membentuk Perdamaian

peran takwa dalam perdamaian Salah satu ajaran di Al-Quran yang paling ditekankan dibanding dengan ajaran-ajaran lainnya adalah tentang takwa dan menjaga diri sendiri. Adapun sebabnya adalah karena takwa dapat menciptakan daya kekuatan bagi manusia untuk menghindarkan diri dari setiap keburukan, dan takwa memberi kekuatan kepada manusia untuk maju kedepan dalam amal kebaikan. Jadi takwa sejati adalah jaminan bagi manusia untuk mendapatkan keselamatan. Dan untuk terlindung dari setiap macam fitnah atau cobaan, takwa adalah sarana kekuatan yang paling ampuh. 

Seorang yang bertakwa akan terlindung dari banyak sekali bahaya pertengkaran dan permusuhan; dibandingkan dengan mereka yang tidak bertakwa yang banyak terlibat di dalam pertengkaran dan perselisihan, sehingga kadang-kadang sampai membawa kepada kerusakan dimana-mana. Dan disebabkan berbagai prasangka buruk dan sifat terburu-nafsu dapat menimbulkan perpecahan dikalangan bangsa, sehingga memberi kesempatan terhadap para penentang untuk melakukan serangan. Jadi dalam konteks sosial takwa memegang peranan penting dalam pembentukan kedamaian dan keharmonisan di masyarakat dengan menjadi benteng dari berbagai keburukan sosial, tidak itu saja mereka yang bertakwa akan senantiasa melakukan berbagai kebajikan yang produktif bagi masyarakat umum.  

Dalam konteks agama takwa merupakan dasar pokok Agama Islam. Jika kita lihat dari tarikh Islam, ketika umat Islam awwalin memegang teguh takwa maka mereka mampu menyebarkan keselamatan dari Allah taala ke seluruh dunia. Dan orang-orang yang berjiwa suci pun terus menerus menyertai mereka sehingga Islam terus berkembang ke negara-negara Asia, sampai negara-negara Timur Jauh. Selanjutnya Islam mendapat kemajuan sampai ke benua Afrika dan benderanya terus berkibar sampai ke negara-negara Eropa.

Akan tetapi tatkala takwa semakin berkurang, keamanan dan kedamaian diganti dengan sikap mementingkan diri sendiri, kecintaan dan kasih sayang berganti dengan kekacauan dan kebencian, maka umat Islam menjadi kosong dan hampa dari berkat-berkat ketakwaan  yang Allah taala tanamkan didalam hati orang-orang Islam.

Allah taala – melalui perantaraan Rasulullah saw – telah menurunkan ajaran yang terakhir kepada Yang Mulia Rasulullah saw untuk mengikis habis kekacauan dan kerusuhan. Sekarang juga ajaran inilah yang ditampilkan untuk merubah kegelapan menjadi cahaya terang-benderang. Sekarang juga ajaran inilah yang diamalkan untuk menyebar luaskan keselamatan dan mencegah keburukan dan kerusuhan. Meskipun orang-orang Islam zaman sekarang banyak yang telah terhindar dan hampa dari berkat-berkat ini, yang disebabkan oleh takwa yang lepas dari dalam hati mereka, dan tindakan mementingkan diri sendiri serta kebencian, setiap hari kian terus meningkat. Akan tetapi Allah taala telah berjanji kepada Nabi Muhammad saw pembawa syari’at terakhir, untuk memenangkan Agama Islam diatas agama-agama lain diseluruh dunia. Dan bagaimanapun Allah taala tidak akan menarik kembali janji-Nya ini. Jika terjadi kelemahan didalam usaha itu, maka penyebabnya hanyalah  karena kosongnya takwa di dalam kalbu orang Islam. Di dalam Islam tidak terdapat sesuatu kekurangan apapun.

Maka dengan ketakwaan yang teguh dari umat Islam-lah  yang akan mampu mengembalikan warisan iman yang sudah menghilang dari dalam kalbu umat Islam itu. Maka kewajiban setiap muslim untuk menyebar luaskan amanat keselamatan ke setiap penjuru dunia. Dan pengertian ini harus disematkan ke dalam hati setiap orang bahwa Islam bukanlah agama terorisme, atau agama kekerasan, melainkan agama yang mengembangkan kecintaan dan kasih-sayang. Islam menegakkan ajaran kedamaian dan keselamatan disetiap lapisan masyarakat. Di tingkat negara dan bangsa-bangsa di dunia, Islam menegakkan ajaran kedamaian dan keselamatan yang begitu indah sehingga tidak ada yang mampu membandingkan dengan ajaran agama lain dan memang tidak akan dapat dibandingkan dengan agama apapun di dunia. Dan tidak pula agama lain mampu menegakkan ajaran seperti itu. Dengan mengamalkan ajaran yang indah seperti inilah kedamaian dan keamanan dunia dapat ditegakkan.

Sejak perang dunia ke II, untuk menegakkan kedamaian dan keamanan dunia telah dibentuk sebuah perkumpulan dengan nama United Nations Organization (UNO) atau Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) namun kita lihat bagaimana hasilnya. Didalam perserikatan itu para pakar yang cerdas-cerdas bekerja sama membuat berbagai macam program dan rencana-rencana yang besar, mendirikan berbagai macam komite, mendirikan konsul keamanan, supaya melalui konsul ini keamanan dunia dapat ditegakkan dan persengketaan antara negara dapat diselesaikan, mengadakan survey tentang ekonomi karena hal ini dapat menjadi sebab timbulnya kerusuhan juga, dan untuk itupun telah didirikan sebuah konsul tersendiri. Dan juga telah didirikan juga sebuah pengadilan Internasional,  dan lain sebagainya.

Akan tetapi walaupun telah dibentuk berbagai macam komite, kita menyaksikan apa yang tengah terjadi didalam dunia sekarang ini, mereka menghadapi kegagalan. Semua kegagalan itu disebabkan tidak adanya taqwa didalam hati mereka. Beberapa Bangsa menjadi sombong dan takabbur disebabkan mempunyai kekayaan, kekuatan ekonomi, kekuatan politik, kekuatan ilmu pengetahuan lebih dari bangsa-bangsa lain, atau menganggap diri mereka menjadi negara yang paling aman di dunia sehingga merasa lebih unggul daripada negara lain. Mereka membagi kedudukan wakil tetap dan kedudukan wakil non tetap atau sementara, sehingga tidak mungkin akan terjadi keadilan diantara mereka tanpa ada pandangan mata rohani, tanpa pertolongan Allah taala dan tanpa adanya ketakwaan. Karena keputusan mayoritas  mempunyai kekuasaan, maka jika kepada kelompok yang kuat ini diberi kekuasaan untuk membuat keputusan, keputusan itu tidak dapat menjadi penyebar keselamatan.

Semoga kita senantiasa menjadi orang-orang yang berpegang teguh dalam takwa.

MENJAWAB BEBERAPA KEBERATAN TENTANG ISLAM

Keberatan IslamSuatu kehormatan bagi saya dapat berbagi beberapa pemikiran kepada kalian semua pada tema yang sangat relevan yaitu Apa pesan-pesan Islam, Agama damai yang banyak disalahpahami oleh orang-orang pada masa-masa sekarang.

Upaya membangun perdamaian adalah salah satu dari hal yang paling mendapatkan perhatian pada saat ini. Tetapi sayangnya perdamaian tidak kita jumpai dimanapun. Banyak terjadi peperangan di berbagai tempat. Begitu juga begitu banyak permasalahan dan krisis yang serius yang dihadapai umat manusia, dan semua orang begitu mendambakan jalan menuju kedamaian abadi sehingga mereka dapat menikmati kehidupan mereka di dunia ini dan juga ketika mereka kembali kepada Sang Pencipta.

Islam menyajikan perdamaian nyata bagi seluruh umat manusia, Kami tidak mengklaim bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang menyajikan kedamaian, kami juga tidak mengklaim Islam  memonopoli suatu kebenaran. Kami mengakui bahwa semua agama yang benar diajarkan dan dikirim oleh Allah taala, mereka membawa pesan perdamaian karena mereka semua berasal dari satu pencipta yang sama yang merupakan sumber kedamaian sepanjang masa. Tetapi Islam sangat berbeda karena Islam secara harfiah berarti damai. Hal itu menyajikan pesan perdamaian dengan kejelasan yang penuh dan kebijaksanaan yang mendalam. Islam berarti penyerahan diri kepada kehendak dan perintah Allah dan karena mengikuti ajaran-ajarannya, orang dapat mendapatkan kedamaian setiap saat.

Sayangnya pada saat ini Islam sedang di persepsikan sebagai agama teror, agama yang penuh dengan penumpahan darah, dan sebagian orang – sebagian besar diantaranya – benar-benar menganggap Islam sebagai agama yang mengajarkan kebencian antara satu dengan lainnya, antar negara dengan negara lain. Padahal sebaliknya Islam adalah pendukung terbesar perdamaian dan Rasulullah saw adalah pembela terbesar dalam perdamaian sepanjang masa, dalam menyebarkan perdamaian untuk seluruh umat manusia.

Ada dua sumber utama untuk memahami Islam. Yang pertama adalah Al-Qur'an yang merupakan kitab suci Islam, wahyu lisan dari Allah taala yang diberikan kepada Nabi Muhammad saw. yang digambarkan sebagai pedoman bagi seluruh umat manusia (Q.S. 2:185). Alquran juga telah digambarkan sebagai “rahmah” (Q.S. 16:89) yang berarti rahmat.

Dan yang kedua adalah contoh mulia dari pendiri suci Islam Nabi Muhammad saw (hadits). Beliau saw adalah perwujudan perdamaian dan dinyatakan sebagai personifikasi rahmat bagi seluruh umat manusia (Q.S 21:107). Sayangnya pada kedua sumber tersebut, Alquran dan hadits Nabi Muhammad saw - banyak orang yang belum mengerti sepenuhnya.

Sebagai contoh belum lama ini, Anggota parlemen di Belanda membuat pernyataan bahwa menurut pemahamannya (tentunya ini keliru) setengah dari Alquran harus dibuang ke laut. Mengapa? Dia mengatakan: “Saya percaya bahwa Alquran mengajarkan perang dan kebencian, pertumpahan darah serta terorisme.” Apakah ada tuduhan yang lebih besar yang dikaitkan pada Alquran yang merupakan perwujudan dari ajaran-ajaran damai? Padahal kenyataannya Alquran tidak lain mengajarkan perdamaian, persatuan dan penghormatan terhadap kerukunan hidup antar umat manusia.

Hari ini saya ingin menyajikan beberapa pernyataan dari Alquran untuk mendukung bahwa Alquran sebenarnya adalah pesan perdamaian, jauh dari pesan kebencian, kekerasan dan pertumpahan darah.

Pertama-tama, Alquran telah mengatakan: Tidak ada paksaan dalam urusan agama.” (Q.S 2:256) Ini secara jelas menyatakan bahwa orang-orang dari seluruh dunia benar-benar bebas untuk memilih keyakinan mereka, mana saja yang mereka suka dan senang untuk menjalankannya. Dan dan tak seorangpun di muka bumi ini dengan cara apapun memaksa orang lain untuk menerima Agama Islam. Alquran menyatakan bahwa kebebasaan berkeyakinan adalah hak dasar dari semua manusia. Mereka bisa percaya pada agama apapun yang mereka suka dan mereka dapat menjadi pengikut setiap keyakinan yang mereka yakini.

Alquran menyatakan:

“Inilah hak dari Tuhan-mu ; maka barangsiapa menghendaki, maka berimanlah, dan barangsiapa menghendaki, maka ingkarlah.” (Q.S 18:29)

Begitu tegasnya disebutkan bahwa Islam kebenaran dan dinyatakan bahwa: Orang yang ingin mempercayai - nya biarkan mereka percaya dan mereka yang tidak ingin percaya biarkan mereka menyangkalnya. Tidak ada paksaan dalam berkeyakinan. Orang-orang diberi pilihan bebas.  Jadi Islam tidak memiliki instrumen pemaksaan untuk mengubah keyakinan seseorang agar memeluk Islam.

Hukuman Murtad Dalam Islam

Kemudian muncul pertanyaan bahwa jika seorang muslim ingin meninggalkan Islam apa yang akan terjadi padanya? Ada sebuah kepercayaan keliru yang dihubungkan dengan Alquran, beberapa orang yang sayangnya termasuk orang Islam sendiri, mempunyai pemikiran bahwa Al-Qur'an mengatakan bahwa orang semacam itu harus dipenggal. Padahal kenyataannya justru kebalikan dari itu. Alquran dimanapun tidak pernah menyebutkan bahwa hukuman murtad adalah membunuh orang yang bersangkutan. Alquran menyatakan:

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, kemudian ingkar, kemudian beriman lagi, kemudian ingkar lagi, kemudian kian bertambah dalam kekufuran, sekali-kali Allah swt. tidak akan mengampuni mereka dan tidak pula akan menunjukkan jalan lurus  kepada mereka. (Q.S. 4:137)

Orang bisa membayangkan bahwa jika hukuman murtad adalah dengan jalan pembunuhan, maka apakah memungkinkan bagi seseorang yang murtad, kembali ke pangkuan Islam untuk kedua kalinya? Jika hukumannya adalah hukuman mati  – seperti yang mereka katakan – maka akan menutup kemungkinan bagi seseorang untuk kembali kepada Islam. Namun Alquran jelas menyatakan bahwa sangat mungkin bagi seorang Islam yang meninggalkan agamanya karena beberapa alasan bisa kembali pada keyakinannya jika ia menginginkannya. Pilihan dan opsi selalu ada disini. Tidak ada hukuman karena kemurtadan dan juga tidak ada paksaan apapun kepada siapa saja untuk menerima Islam.

Menurut Islam, agama adalah masalah pilihan. Jika seseorang senang dengan kebenaran Islam dan mereka puas, tentu saja mereka sangat dipersilahkan dan bergabung dengan Islam. Tetapi jika mereka memutuskan untuk tidak melakukannya, maka tidak ada paksaan dan bahkan jika setelah masuk Islam kemudian mereka ingin pergi, maka merekapun bisa pergi. Allah taala sendiri yang akan menilai hal ini dalam kehidupan yang akan datang tetapi tak seorangpun memiliki kewenangan untuk mengeluarkan hukuman bagi yang murtad.

Hukuman Penghujatan Terhadap Islam

Pertanyaan selanjutnya yang sangat sering ditanyakan adalah hukuman penghujatan dalam Islam. Ini adalah satu hal lagi yang merupakan tuduhan besar dalam menentang Islam. Pertanyaannya adalah bahwa jika seseorang melakukan suatu penghujatan terhadap Allah taala, Rasulullah saw, Alquran atau hal-hal sakral dalam Islam dengan menggunakan bahasa kotor atau menunjukkkan rasa tidak hormat dengan cara apapun, maka apa hukuman untuk itu? Hal ini dikatakan dan diyakini oleh banyak orang termasuk orang Islam sendiri bahwa hukuman bagi penghujatan adalah hukuman mati. Pernyataan seperti itu sama sekali tidak benar.

Alquran sama sekali tidak menyebutkan bahwa hukuman untuk penghujatan adalah hukuman mati bahkan hukuman yang lebih rendah sekalipun. Dan sebenarnya tidak ada hukuman duniawi bagi kejahatan ini. Tidak diragukan lagi, menurut Islam penghujatan merupakan bentuk kejahatan yang sangat tercela dan menyakitkan hati, namun hukuman untuk ini sepenuhnya ada di tangan Allah taala. Allah mungkin akan menghukum pelakunya di kehidupan ini atau di kehidupan akhirat. Kami percaya bahwa setiap orang akan bertanggungjawab di hadapan Allah. Pada hari akhir nanti, Allah yang akan menjadi hakim, tetapi Allah tidak memberi hak kepada siapapun dalam kehidupan ini untuk memberikan hukuman apapun. Saya kutip disini referensi dari Alquran:

“Kamu pasti akan di uji dalam hartamu dan jiwamu, dan pasti kamu akan mendengar banyak hal  yang menyakitkan hati dari orang-orang yang telah diberi Alkitab sebelummu dan dari orang-orang musyrik. Dan jika kamu bersabar dan bertakwa, maka hal demikian sungguh merupakan urusan keteguhan hati.” (Q.S 3:186)

Tidak ada disebutkan jenis hukuman apapun disini. Allah taala mengatakan bahwa berbagai hal yang menyakitkan akan dikatakan tentang kalian. Seorang Muslim hanya diminta menunjukkan kesabaran ketika mereka mendapatkan penghinaan dengan cara apapun. Tetapi tidak disebutkan bentuk penghukuman apapun terhadap para penghujat.

Lebih lanjut Alquran menyatakan:

“Dan, sesungguhnya Dia telah menurunkan kepadamu di dalam Kitab ini bahwa apabila kamu mendengar Ayat-ayat Allah swt. diingkarnya dan dicemoohkannya, maka janganlah kamu duduk bersama mereka sebelum mereka beralih ke dalam percakapan lainnya. Jika demikian, sesungguhnya kamu niscaya semisal mereka. Sesungguhnya Allah swt. akan menghimpun orang-orang munafik dan orang-orang kafir semua di dalam Jahannam.” (Q.S 4:140)

Allah taala menyatakan bahwa ketika seseorang dengan suka hati melakukan penghujatan, satu-satunya tindakan dari orang-orang beriman adalah jangan terus menemani orang tersebut dan duduk bersama mereka lagi. Dan sekali lagi sama sekali tidak disebutkan hukuman bagi penghujatan .

Hubungan Muslim dengan Pengikut Agama lain

Pertanyaan lain yang mengganggu pikiran banyak orang adalah bagaimana ajaran Islam tentang hubungan dengan pengikut-pengikut agama lain. Apakah Islam mengajarkan Muslim untuk menunjukkan rasa hormat dan kasih sayang terhadap mereka?

Alquran memberikan pedoman yang cukup mengenai hal ini.

“Katakanlah, “Hai Ahli-kitab, marilah kepada satu kalimat yang sama di antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah kecuali kepada Allah swt., dan tidak pula kita mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, dan [a] sebagian yang lain sebagai Tuhan selalin Allah swt..” Tetapi, jika mereka berpaling, maka katakanlah, “Jadilah saksi bahwa kami orang-orang yang menyerahkan diri kepada Tuhan” ” (Q.S 3:64

Ini adalah semangat kerjasama yang Islam telah tanamkan antara kalangan umat Islam untuk mengundang pengikut agama lain secara bersama-sama atas dasar umum untuk bekerjasama dalam upaya mencapai saling menghormati dan menghargai.

Pada subyek yang sama, Alquran menyatakan lebih lanjut:

“Dan, tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan takwa; dan janganlah kamu tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan. Dan bertakwalah kepada Allah; sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.” (Q.S 5:2)

Perlu dicatat disini bahwa Islam tidak menyebutkan ajakan kerjasama ini dengan mempertimbangkan agama tertentu. Jika ajakan itu ditujukan kepada Islam berupa perbuatan baik untuk tujuan mulia, Alquran mengatakan bahwa anda harus selalu menerimanya. Ajakan tersebut mungkin dari Yahudi, seorang Kristen, seorang Hindu, Budha atau penganut agama apapun atau bahkan dari seorang atheis; Islam mewajibkan kaum muslimin untuk maju dan bekerjasama. Mereka hanya harus melihat alasan mengapa mereka diundang, bukan melihat siapa yang mengundang untuk melakukan hal tersebut.

Islam telah memberikan prinsip emas yang dapat diikuti dan bermanfaat bagi seluruh umat manusia. Islam mengajarkan bahwa segala urusan harus didasarkan pada keadilan.

Alquran menyatakan:

Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu berdiri teguh karena Allah, menjadi saksi dengan adil; dan janganlah kebencian sesuatu kaum mendorong kamu bertindak tidak adil. Berlakulah adil; itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah swt. Sesungguhnya, Allah swt. Maha Mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan.” (Q.S 5:8)

Ini membuat hal yang sangat jelas bahwa Islam memerintahkan pengikut sejatinya, kendatipun dengan musuh sekalipun mereka harus selalu bersikap adil. Apakah mungkin agama yang mengajarkan ajaran kerukunan dan kerjasama yang indah ini – bisa mendorong kekerasan atau kebencian terhadap orang lain?

Pada titik ini, izinkah saya menyebutkan bagian nasehat yang sangat penting dari Pendiri Jamaah Ahmadiyah Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad. Beliau telah menjelaskan prinsip fundamental ini, karena tujuan utama kedatangannya adalah untuk menghidupkan kembali ajaran Islam dan pekerjaan menyebarkan ajaran Islam untuk seluruh dunia. Dalam menjelaskan semangat sejati kerjasama dan membantu orang lain Beliau berkata:

“Ini adalah prinsip kami untuk bersimpati pada seluruh umat manusia. Jika seseorang melihat kebakaran di rumah tetangga Hindu, dan ia tidak bangun membantu memadamkannya, saya katakan kepada kalian dengan sebenarnya bahwa dia bukan dari ku. Jika salah satu pengikutku melihat seorang Kristen terbunuh dan dia tidak pergi menolongnya, saya katakan pada kalian dengan sebenarnya bahwa dia bukan dari kita…Saya katakan dengan bersumpah dan kesungguhan bahwa saya tidak memiliki permusuhan dengan siapapun…Jika ada seseorang mencaci makiku, saya tujukan keluhanku kepada Tuhan, bukan pada pengadilan lainnya. Meskipun dari semua itu, adalah kewajiban kita untuk memiliki rasa simpati pada seluruh umat manusia.” (Siraj-e-Muneer, Ruhani Khaza’in, jilid 12,. Hal.28).

Tindakan ketika Islam diserang

Mari kita ambil pertanyaan penting lain yang umumnya diajukan oleh banyak orang. Mereka mengatakan bahwa sementara Islam tidak mendukung kekerasan, perang, kebencian terhadap orang lain dan tidak memperkenankan setiap agresi terhadap orang lain.  Kemudian jika orang lain mengambil inisiatif dan memulai agresi terhadap orang Islam, maka apa yang harus dilakukan?

Sekali lagi saya mengacu pada Alquran untuk jawabannya. Alquran menyatakan:

“Dan perangilah di jalan Allah swt., orang-orang yang memerangimu, namun jangan kamu melampaui batas, Sesungguhnya Allah swt. tidak mencintai orang-orang yang melampaui batas. (Q.S. 2:190)

Izin untuk melawan adalah hak dasar manusia. Izin tersebut diberikan pada umat Islam ketika mereka benar-benar diserang. Ketika Rasulullah saw dipaksa untuk hijrah dari Mekkah ke Madinah, penduduk kafir Mekkah tetap saja tidak membiarkan Rasulullah saw dan pengikut beliau dalam suasana aman begitu saja. Sebaliknya mereka terus menerus menyerang beliau saw ; dan hampir semua pertempuran terjadi di sekitar Madinah. Hal ini jelas menunjukkan siapa aggresor sebenarnya.

Perlu dicatat bahkan izin yang diberikan untuk pertama kalinya dalam sejarah pada umat Islam untuk melawan adalah dalam rangka membela diri, ketika mereka benar-benar diserang. Mereka diizinkan untuk membela dan melindungi kehormatan, harta, hidup dan agama mereka. Alquran menyatakan:

“Telah diizinkan bagi mereka yang telah diperangi, disebabkan mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah berkuasa menolong mereka. (QS 22:39)

Bahkan dalam hal izin ini, betapa humanis dan murah hatinya ajaran Islam, bahwa izin ini tidak boleh melampaui batas. Alquran menyatakan:

“Barangsiapa menyerang kamu, seranglah dia sepadan dengan serangannya kepadamu; dan bertakwalah kepada Allah swt., dan ketahuilah bahwa Allah s.w.t.  beserta orang-orang bertakwa. (QS 2:194)

Islam, pembela terbesar perdamaian – telah memastikan bahwa reaksi dan respon terhadap agresi tidak boleh malampaui batas. Meskipun Muslim diizinkan untuk melawan agresi, tetapi diperintahkan kepada mereka bahwa ketika musuh menghentikan peperangan mereka melakukan gencatan senjata, Muslim, menang atau kalah harus menyetujui untuk menghentikan aksi bertahan mereka. Alquran menyatakan:

“Tetapi, jika mereka berhenti, maka tidak ada permusuhan  kecuali terhadap orang-orang aniaya. ” (QS 2:193)

Saya telah sajikan disini beberapa contoh dari ajaran Islam sebagaimana disebutkan dalam Alquran. Suatu hal yang jelas menunjukkan bahwa Islam tidak satupun menyebutkan ajaran yang mendorong terorisme atau peperangan melawan orang lain.

Satu hal yang harus ditambahkan disini untuk menjernihkan kesalahpahaman. Pada saat ini sebagian orang melakukan berbagai tindakan terorisme yang sayangnya mengatasnamakan Islam. Saya akan mengatakan bahwa ini hanya beberapa gelintir orang yang mengkhianati agama mereka sendiri melalui tindakan yang bertentangan dengan Islam. Dengan demikian, mereka melakukan tindakan yang sangat merugikan untuk keyakinan mereka sendiri. Mereka yang melakukan kekejaman dan tindak teroris terhadap orang lain atas nama Islam, tidak pernah diizinkan untuk membajak nama Islam yang indah, juga tidak bisa dijadikan sebagai duta Islam. Mereka adalah pelanggar dan layak dikutuk keras dan dihukum berat atas tindakan agresi dan menodai citra Islam yang indah.

Sebagai faktanya, definisi seorang muslim sejati menurut hadits Nabi saw adalah bahwa seorang muslim adalah dia yang dari tangan dan lidahnya, tidak mengganggu, merugiakan atau membahayakan orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa hanya orang damai yang benar-benar dapat menjadi seroang Muslim. Sedangkan orang-orang yang melakukan kekejaman, agresi dan tindakan barbar lainnya, walaupun dilakukan atas nama Islam – tidak layak disebut Muslim.

Contoh dari Rasulullah saw dalam hal ini sangat cemerlang dan paling baik. Beliau adalah duta perdamaian par excellence untuk seluruh umat manusia. Beliau tidak pernah memulai perang apapun sepanjang hidupnya. Beliau adalah orang yang selalu berusaha untuk membangun perdamaian antara orang-orang yang bertikai. Tetapi ketika lawan melancarkan agresi terhadap dirinya dan menyerang Madinah, Beliau tidak ada pilihan kecuali mengangkat senjata untuk membela diri. Sebagian besar pertempuran defensif seperti itu terjadi di Madinah (ketika Rasulullah saw telah hijrah untuk menghindari kekejaman kafir Qurays di Mekkah, pent) yang membuktikan bahwa alih-alih sebagai agresor, Rasulullah saw selalu menjadi korban agresi.

Akhirnya saya ingin mengatakan bahwa pesan Islam sebenarnya adalah sebuah pesan damai untuk seluruh umat manusia. Ini adalah undangan terbuka bagi semua untuk datang dan mencari cahaya dari pesan Islam. Saya meyakinkan mereka semua, melalui cahaya yang kekal yang diberikan oleh Allah, mereka akan mampu menerangi hati mereka. Dengan hati mereka yang dipenuhi cahaya Ilahi dan perdamaian, mereka akan mampu membangun perdamaian di sekitar mereka.

Jadi mari kita semua bekerja sama untuk pembentukan perdamaian. Mari kita bergandengan tangan bersama-sama. Kita semua harus bekerja sama untuk tujuan mulia menegakkan perdamaian ini sehingga kita benar-benar dapat hidup dan menikmati surga damai di bumi. Semoga Allah memungkinkan kita untuk melakukannya. Semoga Allah memberkati kita semua, aamiin.

* Tulisan ini ditulis oleh Ataul Mujeeb Rasded, Imam Masjid Ahmadiyah London, Pada kesempatan Perayaan 100 tahun Khilafah Ahmadiyah yang dihadiri oleh Presiden Mauritius,  Aneerood Jugnauth pada 13 Desember 2008.

Sumber: www.reviewofreligions.org

Penterjemah: Khaeruddin Ahmad Jusmansyah

Pebulikasi : Muhammad Habib Rohman

Dalil-Dalil Al-Qur'an Tentang ADANYA TUHAN

Berikut adalah dalil-dalil tentang adanya wujud Tuhan yang diterangkan oleh Al-Qur'an secara logika, ALLah taala berfirman:

Dalil Al-Qur'an adanya Tuhanرَبُّنَا الَّذِىْۤ اَعْطٰـى كُلَّ شَىْءٍ خَلْقَهٗ ثُمَّ هَدٰى
Yakni, Tuhan adalah Dia Yang telah menganugerahkan kepada tiap sesuatu penciptaan/kelahiran yang sesuai dengan keadaannya, kemudian menunjukinya jalan untuk mencapai kesempurnaannya yang diinginkan (20:50).

Kini jika memperhatikan makna ayat tersebut kita menelaah bentuk ciptaan -- mulai dari manusia hingga binatang-binatang daratan dan lautan serta burung-burung -- maka timbul ingatan akan kekuasaan Ilahi. Yakni, bentuk ciptaan setiap benda tampak sesuai dengan keadaannya. Para pembaca dipersilahkan memikirkannya sendiri, sebab masalah ini sangat luas.
Dalil kedua mengenai adanya Tuhan ialah, Alquran Suci telah menyatakan Allah Ta’ala sebagai sebab dasar dari segala sebab, sebagaimana Alquran Suci menyatakan:

وَاَنَّ اِلٰى رَبِّكَ الْمُنْتَهٰىۙ‏

Yakni seluruh rangkaian sebab dan akibat berakhir pada Tuhan engkau (53:42).

Rincian dalil ini ialah, berdasarkan penelaahan cermat akan diketahui bahwa seluruh alam semesta ini terjalin dalam rangkaian sebab dan akibat. Dan oleh karena itu, di dunia ini timbul berbagai macam ilmu. Sebab, karena tiada bagian ciptaan yang terlepas dari tatanan itu. Sebagian merupakan landasan bagi yang lain, dan sebagian lagi merupakan pengembangan-pengembangannya. Adalah jelas bahwa suatu sebab timbul karena zat-Nya sendiri, atau berlandaskan pada sebab yang lain. Kemudian sebab yang lain itu pun berlandaskan pada sebab yang lain lagi. Dan demikianlah seterusnya. Tidak benar bahwa di dalam dunia yang terbatas ini rangkaian sebab dan akibat tidak mempunyai kesudahan dan tiada berhingga, Maka terpaksa diakui bahwa rangkaian ini pasti berakhir pada suatu sebab terakhir.

Jadi, puncak terakhir semuanya itu ialah Tuhan. Perhatikanlah dengan seksama betapa ayat: “Wa anna ilaa rabbikal-muntahaa” itu dengan kata-katanya yang ringkas telah menjelaskan dalil tersebut di atas, yang artinya, puncak terakhir segala rangkaian ialah Tuhan engkau.

Kemudian satu dalil lagi mengenai adanya Tuhan ialah, sebagaimana firman-Nya:
لَا الشَّمْسُ يَنْۢبَغِىْ لَهَاۤ اَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا الَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ‌ؕ وَكُلٌّ فِىْ فَلَكٍ يَّسْبَحُوْنَ

Yakni, matahari tidak dapat mengejar bulan dan juga malam yang merupakan penampakkan bulan tidak dapat mendahului siang yang merupakan penampakkan matahari. Yakni, tidak ada satu pun di antara mereka yang keluar dari batas-batas yang ditetapkan bagi mereka (36:41).
Jika di balik semua itu tidak ada Wujud Sang Perencana, niscaya segala rangkaian tersebut akan hancur. Dalil ini sangat bermanfaat bagi orang-orang yang gemar menelaah benda-benda langit, sebab benda-benda langit tersebut merupakan bola-bola raksasa yang tiada terhitung banyaknya, sehingga dengan sedikit saja terganggu maka seluruh dunia dapat hancur. Betapa ini merupakan suatu kekuasaan yang hakiki sehingga benda-benda langit itu tidak saling bertabrakkan dan kecepatannya tidak berubah seujung rambut pun, serta tidak aus walau telah sekian lama bekerja dan tidak terjadi perubahan sedikit pun. Sekiranya tidak ada Sang Penjaga, bagaimana mungkin jalinan kerja yang demikian besar ini dapat berjalan dengan sendirinya sepanjang masa. Dengan mengisyaratkan kepada hikmah-hikmah itulah, di tempat lain Allah Ta’ala berfirman:
اَفِىْ اللّٰهِ شَكٌّ فَاطِرِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ

 Yakni, dapatkah Wujud Tuhan Yang telah menciptakan langit dan bumi demikian itu diragukan? (14:10)

Lalu sebuah dalil lagi tentang keberadaan-Nya, difirmankan:

كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ‌ ۚ‌ۖ‏  وَّيَبْقٰى وَجْهُ رَبِّكَ ذُوْ الْجَلٰلِ وَالْاِكْرَامِ‌ۚ‏
Yakni, tiap sesuatu akan mengalami kepunahan dan yang kekal itu hanyalah Tuhan Yang memiliki kebesaran dan kemuliaan (55:27,28).
Kini perhatikanlah! Jika kita bayangkan dunia ini menjadi hancur-lebur dan benda-benda langit pun pecah berkeping-keping, serta bertiup angin yang melenyapkan seluruh jejak benda-benda itu, namun demikian akal mengakui serta menerima -- bahkan hati nurani menganggapnya mutlak -- bahwa sesudah segala kebinasaan itu terjadi, pasti ada sesuatu yang bertahan yang tidak mengalami kepunahan serta perubahan-perubahan dan tetap utuh seperti keadaannya semula. Jadi, itulah Tuhan yang telah menciptakan semua wujud fana (tidak kekal), sedangkan Dia sendiri terpelihara dari kepunahan
Kemudian satu dalil lagi berkenaan dengan keberadaan-Nya yang Dia kemukakan di dalam Alquran Suci adalah :

اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ‌ؕ قَالُوْا بَلٰى‌
Yakni, Aku berkata kepada setiap ruh: “Bukankah Aku Tuhan kamu?” Mereka berkata, “Ya, sungguh benar!” (7:172).

Di dalam ayat ini Allah Ta’ala menerangkan dalam bentuk kisah, suatu ciri khas ruh yang telah ditanamkan-Nya di dalam fitrat mereka. Ciri khas itu ialah, pada fitratnya tiada satu ruh pun yang dapat mengingkari hanyalah karena mereka tidak menemukan apa pun di dalam pikiran mereka. Kendati mereka ingkar, mereka mengakui bahwa tiap-tiap kejadian pasti ada penyebabnya. Di dunia ini tidak ada orang yang begitu bodohnya, misalnya jika pada tubuhnya timbul suatu penyakit, dia tetap bersikeras menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada suatu sebab yang menimbulkan penyakit itu. Seandainya rangkaian dunia ini tidak terjalin oleh sebab dan akibat, maka tidaklah mungkin dapat membuat prakiraan bahwa pada tanggal sekian akan datang taufan atau badai; akan terjadi gerhana matahari atau gerhana bulan; atau seseorang yang sakit akan wafat pada waktu tertentu; atau sampai pada waktu tertentu suatu penyakit akan muncul bersamaan dengan penyakit lain. Jadi, seorang peneliti, walaupun tidak mengakui Wujud Tuhan, namun dari satu segi dia telah mengakuinya. Yakni ia pun, seperti halnya kita, mencari-cari penyebab dari sebab akibat. Jadi, itu pun merupakan suatu bentuk pengakuan, walaupun bukan pengakuan yang sempurna.

Selain itu, apabila seseorang yang mengingkari Wujud Tuhan, dengan cara tertentu kesadarannya dihilangkan -- yaitu ia sama sekali dijauhkan dari segala keinginan rendah ini dan segala hasratnya dihilangkan, lalu diserahkan ke dalam kendali Wujud Yang Maha Tinggi -- maka dalam keadaan demikian ia akan mengakui Wujud Tuhan, tidak akan ingkar. Hal serupa itu telah dibuktikan melalui percobaan orang-orang yang berpengalaman luas.

Jadi, ke arah kondisi demikianlah isyarat yang terdapat di dalam ayat itu. Dan makna ayat itu adalah, pengingkaran Wujud Tuhan hanya terjadi sebatas kehidupan rendah saja. Sebab, fitrat yang asli dipenuhi oleh pengakuan itu.

Itulah beberapa dalil-dalil tentang Wujud Tuhan yang kami tuliskan sebagai contoh.

***
Dikutip dari buku Buku Filsafat Ajaran Islam karya Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, halaman 66-69, Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 1993)

KETINGGIAN AKHLAK RASULLULLAH SAW.

SHIRATUN NABI: "SEBUAH PERMENUNGAN TERHADAP KETINGGIAN  AKHLAQ  RASULULLAH  SAW."
Untuk Menyegarkan Keimanan
Oleh : Muhaimin  Khairul Amin


"Sesungguhnya kamu dapati suri tauladan yang sebaik-baiknya dalam Pribadi Rasulullah, bagi orang-orang yang mengharapkan bertemu dengan Allah dan hari kiamat dan yang banyak-banyak mengingat Allah." (QS. Al-Ahzab : 21)

Saudara-saudaraku yang mulia,

Tentu saudara-saudaraku yang mulia mengenal siapa Rasulullah Saw. dan memang harus mengenal beliau Saw. Ada pepatah yang mengatakan  kalau tak kenal maka tak sayang. Yang lebih penting lagi menurut penulis yang lemah ini, "kalau tak kenal, maka kenalilah !"

Sebagaimana yang kita ketahui bersama, Rasulullah Saw. adalah seorang nabi yang  kedatangannya telah dinubuwatkan oleh nabi-nabi dan kitab terdahulu. Kita baca di dalam Bible, Matius pasal I ayat 23 yang merupakan penggenapan dari nubuatan Yesaya Pasal 7 ayat 14, dimana disana dikabarkan akan adanya seorang perempuan muda yang akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki dan akan diberi nama Immanuel. Immanuel itulah yang dalam Matius diartikan 'Allah bersama kita'. Dan kita tahu bahwa perempuan muda yang dimaksud disini adalah Siti Aminah r.a. yakni ibundanya nabi Muhammad Saw.  yang menikah sewaktu masih muda, dan melahirkan Muhammad Saw. sewaktu muda dan meninggalnya pun sewaktu masih muda. Adapun nubuatan berkenaan dengan nama "Immanuel" yang berarti "Allah beserta kita", ini telah terbukti ketika Nabi Saw. bersama Abu Bakar r.a. terkepung musuh di Gua Tsur, Tuhan tetap beserta mereka. Rasulullah Saw. bersabda kepada Abu bakar r.a. sebagaimana diwahyukan didalam Al-Qur'an surah At-taubah: 40 " Laa Tahzan Innallaaha Ma'anaa" (Janganlah kau berduka cita wahai Abu Bakar ! Sesungguhnya Allah beserta kita). Dan ini bukanlah kejadian yang kebetulan, akan tetapi sebuah rencana Tuhan untuk menggenapi nubuatan "Immanuel".

Kemudian dalam Bibel Perjanjian Lama, kitab Ulangan Pasal 18 :18, kita juga membaca  nubuatan tentang kedatangan Rasulullah Saw. yang sifat-sifatnya dijelaskan seperti nabi Musa a.s.

Nabi Musa kira-kira 2000 tahun sebelum kedatangan Rasulullah Saw. pernah menubuwatkan tentang kedatangan Nabi Muhammad Saw., dalam Kitab Ulangan Pasal: 33 : 2:


Berkatalah ia "Tuhan datang dari Sinai dan terbit kepada mereka dari syeir, ia tampak bersinar dari pegunungan paran, dan ia datang dengan 10. 000 orang Kudus. Di tangan kanannya memegang undang-undang yang sangat kuat." 

Yang dimaksud datang dengan 10.000 malaikat adalah pada peristiwa "Fatah Mekkah", di mana Rasulullah Saw. dengan pasukan umat Islam yang jumlahnya 10.000 orang mengepung dan merebut kembali kota Mekkah dar kekuasaan kaum kafir Quraisy pada masa itu. Dan yang dimaksud di tangan kanannya memegang undang-undang yang sangat kuat, adalah "Kitab Syari'at Al-Qur'an.".   Dalam Injil Matius P 23: 39 tertulis bahwa Nabi Isa as. 600 tahun sebelum kelahiran Rasulullah Saw., pernah bersabda:


"Karena Aku Berkata kepadamu, bahwa daripada masa ini, tiada lagi kamu melihat aku, sehingga kamu berkata : " Mubaraklah ia yang datang dengan nama Tuhan." 

Dan kita ingat, bahwa yang dimaksud datang dengan nama Tuhan adalah Rasulullah saw., yakni wahyu pertama saja yang turun kepada Rasulullah Saw., adalah "IQRA BISMI RABBIKAL LADZIY KHOLAQ" (Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang menciptakan).

Di dalam kitab Tiong Yong milik umat yang beragama Kong Hucu,  pada Bab Ke-30, ada penjelasan juga mengenai kedatangan seorang nabi yang sifat-sifatnya terangkum dalam diri Rasulullah Saw. nubuatan itu antara lain:


"Hanya seorang Nabi yang sempurna dapat terang pendengarannya, jelas penglihatannya cerdas dan bijaksana, maka cukuplah ia menjadi pemimpin. Keluasan hatinya, kemurahannya, keramahtamahannya, dan kelemahlembutannya cukup untuk meliputi segala sesuatu (kita kenal beliau sebagai Rahmatal Lil'aalamiin). Semangat yang berkobar, keperkasaannya, kekerasan hatinya dan ketahan-ujiannya cukup untuk mengemudikan pekerjaan besar. Kejujurannya, kemuliaannya, ketengahannya, dan kelurusannya cukup untuk mendapatkan hormat. Ketertibannya, keberesannya, ketelitiannya, dan kewaspadaannya cukup untuk membedakan segala sesuatu. Kebajikannya tersebar luas, dalam, terang, dan mengalir tiada henti-hentinya, ibarat air keluar dari sumbernya. Keluasannya seolah langit, ketenangannnya dan kedalamannya bagai tanpa batas. Maka rakyat yang melihatnya tiada yang tidak menghormatinya. Rakyat yang mendengar kata-katanya, tiada yang tidak menaruh percaya (kita kenal beliau sebagai al-amiin) dan rakyat yang mengetahui perbuatannya, tiada yang tidak bergembira. Maka gema namanya meluas meliputi dalam negeri, berberita sehingga ke tempat bangsa Ban dan Bek, sampai ke mana saja perahu dan kereta dapat mencapai, tenaga manusia dapat menempuhny yang dinaungi langit, yang didukung bumi, yang disiari matahari dan bulan, yang ditimpa salju dan embun, semua makhluk yang berdarah dan bernafas, tiada yang tidak menjunjung inggi dan mencintainya. Maka dikatakan telah manunggal dengan Tuhan.

Seorang astronom dan ahli sejarah amatir, Michael H. Hart dalam bukunya "The hundred" beliau kemukakan 100 tokoh berpengaruh di dunia, dan paling atas yakni nomer wahid menurutnya adalah Rasulullah Saw., yang ke dua Isaac New Ton dan yang ke-tiga adalah Yesus (Tuhannya sendiri), ke-50 Hadhrat Umar Bin Khattab.

Nah hadirin,  Al-Qur'an sendiri mengatakan : "Laqad Kaana Lakum Fii Rasuulillaahi Uswatun Hasanah……….."(Al-Ahzab :21).

Dahulu ketika Rasulullah Saw. diutus ke dunia ini, keadaan dunia pada masa itu diliputi oleh kegelapan yang sangat hebat. Jazirah arab pada zaman itu merupakan pusat segala macam kejahatan, sampai-sampai kondisi itu digambarkan oleh Al-Qur'anul Kariim :



Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (Surah Ar-Rum : 42)

Kerusakan akhlak telah meluas di daratan maupun di lautan disebabkan apa yang telah diusahakan oleh tangan-tangan manusia.

Hz. Masih Mau'ud  menjelaskan bahwa " Sebelum kebangkitan rasulullah saw. keadaan bangsa arab pada saat itu sudah rusak, segala macam bentuk kejahatan terdapat pada masa itu, seperti perzinahan, perjudian dan mabuk-mabukan, tetapi anehnya kejahatan itu tidak dianggap sebagai dosa, bahkan dianggap seperti hal yang biasa saja. Kejahatan yang pernah terjadi sejak nabi Adam a.s. sampai zaman akhir kesemuanya itu terdapat di zaman kedatangan Rasulullah Saw.

Dalam kegelapan itulah Rasulullah Saw. diutus untuk menerangi alam semesta ini dengan sinar kenabiannya. Beliau bagaikan sinar yang memancar di tengah-tengah malam kegelapan yang menyinari alam sekitarnya.  Para ahli Mekkah mengenal beliau sejak kecil sebagai "Al-amin" dan "Shiddiq" yakni paling jujur dan paling benar. Beliau menjadi contoh terbaik dalam hal kejujuran dan kesucian di tengah-tengah masyarakat yang penuh dengan keburukan moral dan akhlaq.  Kecintaan dan kasih sayang beliau terhadap makhluk Allah, memancar dari diri beliau secara fitrati. Al-Qur'an menggambarkannya :

Bahwa kebaikan yang ada dalam fitrat beliau telah siap menyinari alam semesta sebelum beliau menyentuh nur syari'at. Dan nur syari'at yang telah memancarkan Nur Fitratnya menjadi bulan purnama yakni "Nuurun 'Ala Nuur."

Pengkhidamatan Rasulullah saw pada Semua Orang

Rasulullah Saw. senantiasa mengkidmati semua orang. Sanak saudara, fakir, miskin, yatim piatu, tamu, dan orang-orang susahpun beliau khidmati.

Sekali peristiwa: Seorang nenek tua sedang menggendong beban yang berat. Rasulullah Saw. bersabda, Ibu! Berikanlah beban itu pada saya, biar saya yang membawa sampai tujuan. Melihat itu nenek tadi menjadi heran, siapa gerangan pemuda ini, pada zaman yang jahil seperti ini masih ada yang mau memperhatikan saya yang sudah teramat tua. Akhirnya setelah sampai di tujuan, nenek itu berkata "Hai anak muda yang baik hati, saya tidak bisa ngasih apa-apa kecuali satu nasehat, di Mekkah ada seorang tukang sihir yang bernama Muhammad. Kamu harus menjauhinya supaya kamu selamat. Rasulullah Saw. tersenyum dan bersabda "Nek, Muhammad yang dimaksud itu akulah orangnya yang selalu difitnah orang sebagai tukang sihir. Seketika itu juga nenek tua tadi merasa malu dan kemudian mengucapkan 2 kalimah syahadat dan masuk Islam. Mari kita perhatikan kehidupan suci Rasulullah Saw. yang seperti ini. Akhlaq beliau begitu tinggi dan walaupun beliau memiliki kharisma yang tinggi, akan tetapi sekiranya ada seorang wanita yang lemah menyuruh beliau berdiri, maka beliau akan tetap berdiri.

Rasulullah saw dan Pengkhidmatan terhadap Tamu

Dalam mengkhidmati tamu, beliau tidak pandang bulu baik kawan maupun lawan, kenal ataupun tidak sebelumnya, muslim ataupun kafir, maka beliau melayaninya  dengan penuh pengkhidmatan. Dalam suatu kejadian, ada seorang yahudi yang datang kepada beliau dan berbincang-bincang begitu lamanya dengan beliau hingga larut malam sehinggaYahudi ini menginap di rumah beliau. Karena dia minum susu terlalu banyak, ia sakit perut dan berak di atas tempat tidurnya. Iapun merasa malu kemudian pergi tanpa izin dan lupa kalau pedangnya ketinggalan di tempatnya menginap. Bagaimana Rasulullah Saw ? beliau merasa menyesal karena semalam tamunya telah merasa menderita, lalu beliaupun membersihkan tempat tidur itu dengan tangan beliau sendiri. Sahabat yang melihatnya tidak tega dan meminta supaya sahabatlah yang membersihkannya bukan Rasulullah Saw. tetapi Rasulullah Saw. bersabda "Tamu yang datang semalam adalah tamuku, maka adalah hak saya untuk melayaninya." Tak lama kemudian tamu itu datang kembali untuk mengambil pedangnya dan Rasulullah saw. menanyakan kesehatannya. Melihat kejadian itu, spontan tamu itu mengucapkan 2 kalimah syahadat dan masuk Islam. Inilah satu contoh akhlak fadhilah Rasulullah Saw. dalam hal mengkhidmati tamu. Pertanyaannya, sekarang adakah manusia di dunia ini yang memiliki akhlak yang begitu tinggi dalam menerima tamu seperti Rasulullah Saw ??


Rasulullah saw dan Toleransi Beragama

Kebaikan besar lainnya yang telah dilupakan bangsa Arab maupun manusia di zaman sekarang adalah akhlak mulia yang ada kaitannya dengan toleransi beragama, saling menghargai satu sama lain. Satu ketika sekujur mayat orang Yahudi sedang diusung melewati Rasulullah Saw. tiba-tiba Rasulullah Saw. berdiri menghormati mayat orang Yahudi itu. Sahabat berkata ya Rasulullah, mengapa engkau berdiri, ini kan jenazah orang Yahudi. Rasulullah Saw. menjawab, Yahudi juga manusia, kitapun harus menghormatinya. Subhanallah ! betapa tinggi akhlak Rasulullah Saw. Andai saja kaum muslimin bisa mencontoh akhlaq beliau Saw., tentu tidak akan ada yang namanya saling menghina, saling mengkafirkan, apalagi saling mengganggu dan menyerang satu sama lain. Akan tetapi faktanya masih jauh dari harapan kita, jauh panggang daripada api, seibarat langit dengan sumur yang sangat jauh berbeda.

Perlakuan Rasulullah saw terhadap Musuh

Tidak ada orang sebaik Rasululah Saw. yang senantiasa berbuat baik terhadap mereka yang bukan saja musuh beliau, akan tetapi kepada orang yang haus akan darah beliau dan darah para sahabatnya sekalipun. Ketika terjadi Fatah Mekkah, Rasulullah mengampuni orang-orang yang dulunya melempari beliau dengan kotoran unta, menghalangi jalan beliau dengan duri-duri, menganiaya beliau dan berusaha membunuh beliau serta para sahabatnya. Pada hari itu beliau bersabda:


"Wahai penduduk Mekkah! Hari ini tidak ada pembalasan terhadap kalian. "Laa Tatsriiba 'alaikumul Yaum."Kalian semua bebas! 

Beliau kembali ke tanah airnya guna memenuhi nubuwatan dalam kitab suci Taurat, bahwa Ruhul Qudus akan datang dan di tangan kanannya memegang syari'at yang amat kuat dan ia akan ditemani oleh 10.000 orang-orang kudus. Kita lihat apa yang terjadi tatkala kota Mekkah ditaklukkan dalam misi damai ini? Beliau memasuki kota Mekkah dengan lasykar besar beserta 10.000 orang-orang suci, para sahabat Rasulullah Saw.

Kalau pada tahun 1099 Tentara Salib, tentara musyrik dengan kejam dan  tanpa perikemanusiaan telah membantai 70.000 muslim laki-laki, begitupula tentara Inggris pada tahun 1874 yang juga  berperang di bawah bendera perang Salib, ketika menaklukkan pantai Emas di Afrika, ribuan orang yang tak berdosa mereka bunuh secara kejam. Namun ketika kota Mekkah ditaklukkan, Allah taala berfirman:


"Engkau pasti akan memasuki Masjidil haram dengan aman dan tanpa pertumpahan darah dan tanpa ada rasa cemas dan ketakutan baik dari pihak kawan maupun lawan."

Ketika Nabi Muhammad saw. berhadapan dengan kaum Quraisy beliau bertanya: "Apa yang kalian harapkan daripadaku atasmu?" mereka menjawab : "Perlakukanlah kami sebagaiman Yusuf as. memperlakukan saudara-saudaranya." Maka Nabi Muhammad berkata: "laa Tatsriba 'alaikumul yaum (tidak akan ada yang akan menyalahkan kalian hari ini)." Hari ini kalian benar-benar kubebaskan, tidak ada dendam, dengki di hati, tidak ada  rasa permusuhan dan tidak pula ada rasa takut dan cemas.

Nabi Muhammad Saw. benar-benar memberikan pengampunan kepada seluruh musuh beliau tanpa pandang bulu dengan budi yang luhur, beliau telah membuang ingatan-ingatan tentang masa lampau yang penuh dengan ejekan, penganiayaan, bahkan beliau memperlakukan lawan-lawan yang paling terkemuka dengan pertimbangan yang luhur, sangat adil bahkan dengan pengampunan yang penuh rasa persahabatan.

Ikrima adalah putera Abu jahal, termasuk salah seorang yang sangat membenci Islam. Mendengar Islam telah menang, waktu lasykar Islam telah memasuki kota Mekkah. Ia berniat akan melarikan diri ke Abbsenia. Isterinya adalah seorang Muslimat dalam hati ( ia belum secara terang-terangan beriman). Ia memohon kepada Rasulullah Saw. agar suaminya diampuni. Kemudian ia segera mengejar suaminya yang hampir naik kapal yang akan berlayar ke Abbsenia. Katanya: "Wahai suamiku, engkau akan melarikan diri dari orang yang baik hati dan sangat penyantun? Ia meyakinkan suaminya, bahwa Nabi Muhammad pasti mengampuninya. Akhirnya Ikrima memutuskan untuk mengurungkan niatnya untuk pergi ke Abbsenia dan segera kembali ke Mekkah, menjumpai Nabi Muhammad Saw." Aku mendengar dari isteriku bahwa engkau telah memberikan ampunan kepada orang jahat seperti aku ini." Ikrima yakin, bahwa orang yang mau memaafkan musuh besarnya, tidak mungkin orang itu seorang pendusta. Maka ia segera menyatakan Bai'at dan mengucapkan kalimah syahadat, masuk ke dalam Islam. Karena malu Ikrima tertunduk. Nabi Muhammad menghiburnya : "Ikrima saudaraku, aku bukan saja member maaf kepadamu tetapi sebagai bukti penghargaanku, aku ingin menanyakan kepadaku, apa yang dapat kuberikan kepadamu?" Ikrima menjawab: "Tidak ada yang lebih baik yang kuharapkan kecuali anda berdoa kepada Tuhan untuk memberikan ampunan kepadaku atas segala dosa dan kekejaman yang telah kuperbuat kepadamu. Kemudian Rasulullah Saw.pun berdo'a:

"Yaa Allah ampunilah sikap tidak bersahabat Ikrima yang sudah-sudah kepadaku, ampunilah segala ucapan buruk yang telah ia ucapkan dengan mulutnya. Selesai berkata demikian lalu Rasulullah saw.bangkit dan mengenakan jubah beliau kepada Ikrima dan bersabda: "Siapapun yang datang kepadaku dan beriman kepada Allah, maka ia bersamaku. Rumahku adalah rumahnya dan rumahku juga.

Diantara orang-orang yang diperintahkan untuk mendapatkan hukuman mati adalah seoarang penduduk Mekkah yang bernama Habbar, karena ia telah memutuskan tali pelana unta yang ditunggangi Hazrat Zainab, puteri Rasulullah saw. yang tengah mengandung. Karena terjatuh dari unta waktu itu, maka beliau keguguran kandungannya tidak lama kemudian meninggal dunia. Itulah suatu tindakan yang tak berperikemanusiaan yang telah dilakukan oleh Habbar. Sekarang Habbar sendiri menghadap rasulullah Saw. dan berkata: "Yaa Rasulallah aku melarikan diri ke Iran, tetapi timbul dalam pikiranku, bahwa Allah telah membersihkan kita dari kepercayaan Musyrik kita dan menyelamatkan kita dari kematian rohani. Daripada aku pergi kepada orang-orang lain, untuk memohon perlindungan, bukankah lebih baik aku menghadap Rasulullah saw sendiri, mengakui dan mnyesali perbuatan buruk dan dosa-dosaku itu dan kemudian memohon ampunanmu? Rasulullah saw. sangat terharu atas pernyataan Habbar tersebut dan bersabda; "Habbar, jika Tuhan telah menanamkan dalam hatimu kecintaan terhadap Islam, bagaimana mungkin bagiku untuk menolak memberikan ampunan kepadamu. Maka aku memaafkan segala yang telah engkau perbuat sebelum ini.

Kisah seorang wanita Yahudi yang berusaha meracuni Nabi Muhammad saw. ia mencari tahu makanan apa yang paling disukai Rasullah Saw., yaitu daging sembelihan bagian bahunya. Lalu wanita itu memasak hidangan daging tersebut dicampur dengan racun keras yang dapat mematikan. Wanita tersebut menemui Rasulullah saw., beliau menyapa wanita tersebut, "Adakah sesuatu yang dapat kulakukan untuk mengkhidmatimu? Wahai wanita !" Jawabnya: "Ada wahai Adul Qasim, aku berharap anda akan sudi menerima pemberianku. Ketika beliau akan bersantap, maka daging panggang tersebut diletakkan di hadapan beliau, lalu beliau mengambil sekerat. Seorang sahabat beliau bernama Bisyr bin Bara bin al-Ma'rur juga mengambil sekerat dan memakannya. Sahabat yang lain hampir akan mengambilnya juga namun dicegah oleh Rasulullah saw. beliau mengatakan, bahwa daging ini sepertinya sudah diracuni. Ibnu Bisyr juga mengatakan demikian. Melihat Rasulullah Saw. mengambil sekerat, beliau pun mengambilnya namun berharap, lebih baik kalau Rasulullah saw. tidak memakannya. Menurut riwayat, Biysr Barra setelah memakan daging tersebut jatuh sakit dan tak lama kemudian meninggal dunia. Rasulullah Saw. kemudian memanggil wanita Yahudi tersebut dan menanyakan padanya, mengapakah engkau meracuniku? Wanita tersebut menanyakan bagaimana beliau tahu akan hal itu. Beliau menjawab, bahwa tanganku mengatakan hal ini padaku. Akhirnya wanita tersebut mengakui perbuatannya. Rasulullah saw. bertanya, mengapakah kamu melakukan itu terhadapku? Dia mengatakan, bahwa kaumku berperang melawan anda dan keluargaku ada yang meninggal duniia dalam pertempuran itu. Maka kuputuskan bahwa aku akan meracunimu dengan keyakinan bahwa anda adalah penipu. Maka anda akan mati dan kami akan aman. Tetapi jika anda seorang yang benar, sebagai Nabi Allah, maka Allah pasti akan memelihara anda. Mendengar kejujuran wanita itu, kemudian Rasulullah saw. memaafkan wanita itu. Sejarah menyatakan bahwa wanita Yahudi tersebut kemudian masuk Islam. Damai di hati damai di bumi, Love for all Hatred for None.

Saudaraku yang mulia ! Melalui coretan pena yang beberkat ini, penulis yang teramat lemah menyeru kepada para pemikir dan pencatat sejarah, andaikata ada yang dapat berakhlaq seperti Rasulullah Saw. maka tunjukkanlah! Siapakah ia? Siapakah orang yang akhlaknya bisa menandingi Rasulullah Saw? ketika malaikat datang kepada Rasulullah Saw. dan menawarkan diri untuk menghancurkan penduduk Thaif yang sudah membuat Rasulullah Saw. menderita sampai wajah dan sekujur badan beliau berlumuran darah sepanjang jalan, akan tetapi mari kita perhatikan, apa yang disabdakan junjungan kita Rasulullah Saw.?

Wahai Jibril, Tidak ! sabda beliau. Tujuan saya bukan untuk menghancurkan penduduk Thaif, tapi supaya mereka menyembah Allah Ta'ala. Beliau kemudian berdo'a "Allahummahdii Qaumii Fainnahum Laa ya'lamuun."

Inilah akhlak fadhilah Rasulullah Saw. yang telah mengadakan revolusi serta reformasi secara besar-besaran di dunia ini. Sangat disayangkan, akhlak beliau yang begitu tingginya banyak dilupakan oleh manusia pada umumnya. Kita semua faham, kedatangan beliau untuk kedua kalinya dalam wujud Hazrat Masih Ma'ud adalah untuk menghidupkan agama dan menegakkan syariat, membawa manusia menuju Tuhan-Nya yang hakiki. Alangkah lebih bagus lagi, jika setelah membaca tulisan ini, kita bertafakkur sejenak dan bertanya kepada diri sendiri. Dapatkah sekarang aku membuka halaman baru dalam "Kitab Hidupku?" Siapakah orang yang pernah kutolong dalam hidupku? Masihkah ada orang yang kutolong? Selama hidupku, terhadap siapakah aku pernah bertindak tidak adil, dan siapakah yang pernah kulukai perasaannya? Adakah yang dapat kuperbuat untuk memperbaiki kesalahan-kesalahanku ini? Saudara-saudariku, kita tidak menerima upah atau ganti rugi untuk bantuan yang kita berikan, dengan demikian itu kita membina diri untuk menjadi "Mukmin Sejati". Kita tidak bekerja untuk seorang majikan, melainkan untuk meraih Ridha Allah Ta'ala. Berhasil tidaknya misi kita, sebagian besar bergantung pada budi pekerti (akhlaq), kesopanan dan kesusilaan, yakni tabi'at diri kita sendiri, sehingga kita dapat senantiasa memberi pengaruh yang baik bagi orang lain.

Akhlaq seorang muslim di masyarakat, dan ketaqwaan di hadapan Allah Swt. Seibarat sayap bagi burung yang biasa terbang. Burung, apabila kedua sayapnya patah, maka tak mungkin bisa terbang menghantarkan dirinya pergi ke suatu tempat tujuan. Demikian juga dengan seorang muslim, apabila akhlaq dan ketaqwaannya bobrok, ia tak mungkin mendapatkan derajat kemuliaan baik di ligkungan masyarakat maupun di pandangan Allah Swt.

Hazrat Masih mau'ud berkata: "Tujuan Hakiki dari agama ialah menyampaikan manusia kepada pengenalan yang sejati kepada Allah SWT. pencipta alam semesta, yang dengan pengenalan ini akan menyampaikan manusia kepada maqam keyakinan yang dapat membakar kecintaan yang semu selain cinta kepada Allah Swt.sehingga terlahirlah rasa kasih sayang terhadap makhluk-Nya. Dan mulailah ia memakai jubah kesucian diri."

Untuk tujuan suci dan mulia inilah Nabi Muhammad Saw. bersabda tentang diri beliau: "Innamaa Bu'itstu liutammima makaarimal Akhlaaq." Artinya: Aku diutus oleh Allah untuk menyempurnakan nilai-nilai akhlaq yang mulia. Hazrat Masih Mau'ud di dalam Qashidahnya melukiskan pula:


"Beliau adalah Aal-Hadi pembawa hidayah yang sejati dan juga seorang perwira yang gagah berani. Kaum cerdik cendekiawan pun berbondong-bondong bergabung menjadi pengikutnya, dan rela memisahkan diri dari orang-orang yang dikasihinya di negerinya dan mereka meninggalkan nafsu dan juga kepribadian lamanya bahkan berani melepaskan tangannya dari harta benda mereka yang fana. Dan Allah pun menyelamatkan mereka dari taufan. Orang-orang memusuhi dan menghantam mereka dengan penyiksaan dan penganiayaan. Namun, berkat pertolongan dan inayah Tuhan yang mannan (amat pengasih), mereka diselamatkan dari taufan hebat itu. Harta benda dan kekayaan mereka habis dirampas, namun Allah menggantinya dengan kekayaan rohani dan keimanan yang benar. Dahulu mereka itu hanyalah kaum yang hina ibarat sampah, lalu Nabi Muhammad saw. menjadikan mereka sebagai emas murni, intan dan permata. Dahulunya mereka itu ibarat padang sahara yang kering dan gersang, lalu dalam waktu singkat dirubahnya menjadi taman indah dan kebun lestari yang banyak memberikan buah-buahan. Kehidupan yang gelap diganti dengan alam kehidupan yang penuh cahaya dan harapan serta kebesaran Tuhan. Keasyikan terhadap dunia yang memabukkan berganti dengan kemabukan fana fillah dan fana-firrasul. Istilah Rasulullah saw. tentang para sahabat beliau dikatakan : sahabat-sahabatku cemerlang bagaikan bintang-bintang di langit, siapapun yang engkau ikuti, maka engkau akan mendapatkan petunjuk. Nabi Muhammad Saw. berhasil menciptakan kelompok insan-insan suci yang mendapat jaminan dari langit sebagai orang-orang yang berhasil dalam kehidupannya menerima keridhaan allah Swt. yaitu : Allah merasa Ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya.
Kesimpulan dari uraian di atas dijelaskan oleh Allah Swt. dalam Alqur'an:

"Muhammad Rasulullah Saw. dan orang-orang yang beserta dengannya sangat keras terhadap orang-orang kafir, namun diantara sesama mu'min mereka saling kasih-mengasihi dan cinta-mencintai."

Kehidupan mereka dalam kesehariannya diisi dengan ibadah, melakukan rukuk dan sujud semata-mata untuk meraih keridhaan Allah, sehingga terlihat tanda membekas sujud di keningnya. Tentang mereka itu sudah disebutkan sebelumnya baik di dalam Taurat maupun Injil yang dimisalkan bagaikan tanaman yang subur yang berbuah lebat yang menyenangkan hati penanamnya dan membuat marah hati orang-orang kafir.

Itulah salah satu bukti keberhasilan Rasulullah Saw. mencapai derajat rohani yaitu maqam "Syahid", artinya sebagai penyaksi akan adanya wujud Allah Swt. yang Esa. Sebagai seorang rasul berliaupun mengemban tugas sebagai mubasysyir (pemberi khabar suka) dan juga sebagai nadzir (pemberi peringatan kepada kaumnya). Selain itu beliau pun mengemban tugas sebagai penggembala umat sebagai Dai Ilallah.

Akhirnya,  penulis yang teramat banyak memiliki  kelemahan ini mengajak saudara-saudari yang mulia, marilah kita berakhlak seperti akhlahnya Rasulullah Saw. , mari kita tersenyum seperti senyumnya Rasulullah Saw., mari kita realisasikan nasehat-nasehat beliau sebagai "Uswatun Hasanah" dalam kehidupan sehari-hari. Sabda beliau "Qul Inkuntum Tuhibbunallah Fattabiuwnii" Mudah-mudahan kita bisa mengikuti apa-apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw. dan para sahabatnya. Aamiin.

JUMLAH PENGUNJUNG

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More